Halaman

Puisi

Jengah

Rimpang,
inginku belah selangsa waktu, agar jeda tak menjadi layu
hilangkan nalar dalam sepi dengan riuh
bersuara tapi tak bersuara
jengah,
lepaskan saja jubah itu, biar ku pasang pada kesombonganku,
lalu biarkan sang pena menari,
mengganti kicauan lidah yang tak ingin berhenti
jengah,
keringat bukan lagi keringat,
berontak jiwa yang tak jua bersemayam
dan hilangkan jenuh lewat guratan,
lalu biarkan sang pena menari
bernyanyi riang bersimpul suci, tak hirau kata yang mengampiri,
karena wajah bukan lagi wajah
hanya goresan lukisan tuhan,
bukan malaikat,
bukan juga surya atau purnama, tapi hanya jengah yang terbungkus,
yang bahagianya tak nyata.
Dan aku tetap pada guratan senyum simpul ku sendiri.

( 16102012)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar